Profesi pustakawan pernah diberitakan sebagai salah satu profesi yang akan mati. Hal ini membuat Kepala Perpustakaan Nasional RI (Perpusnas), M. Syarif Bando, yang dilantik pada 2016, memutar otak dan berpikir keras bagaimana caranya agar pustakawan tidak dapat digantikan oleh komputer. Oleh karena itu, paradigma perpustakaan harus berubah, tidak lagi berkutat dengan collection management yang biasa dilakukan pada abad ke-18 dan knowledge management pada abad ke-19, tapi perpustakaan masa kini harus menggalakkan knowledge transfer.
Demikian disampaikan Syarif saat menyambut kunjungan kerja anggota Badan Anggaran Komisi X DPR RI, Wakil Wali Kota Depok beserta jajarannya, dan Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tulang Bawang Barat pada Kamis (10/6/2021).
“Jadi kita mentransformasi peran perpustakaan menjadi transfer knowledge. Kita semua harus berubah dan kami menawarkan perpustakaan sebagai solusi atau satu bagian terpenting untuk melakukan perubahan mindset dan akhirnya bisa merubah perilaku untuk bisa mendidik bangsa ini,” tambahnya.
Sependapat dengan Syarif, M. Nur Purnamasidi, anggota Badan Anggaran Komisi X DPR RI, juga menyampaikan pentingnya pengetahuan dan literasi bagi kehidupan masyarakat. Terlebih lagi masyarakat yang menempati wilayah rawan bencana. Pengetahuan yang cukup akan membuat masyarakat menjadi literat dan siap menghadapi berbagai tantangan hidup.
Sebagaimana diketahui bersama, belum lama ini ramai diberitakan bahwa wilayah pesisir selatan Jawa Timur merupakan wilayah dengan potensi gempa dan tsunami yang dapat mencapai ketinggian 29 meter. Hal ini menimbulkan kekhawatiran bagi penduduk di daerah tersebut.
M. Nur mengharapkan Perpusnas sebagai lembaga yang menghimpun dan mengelola pengetahuan dari berbagai disiplin ilmu dapat berperan serta untuk membangun gerakan sadar literasi kebencanaan di daerah rawan bencana. Menurutnya dengan adanya literasi kebencanaan, masyarakat memiliki pengetahuan yang cukup tentang bencana tersebut, bagaimana menghadapinya, dan menghindari jatuhnya banyak korban.
“Jadi, kalaupun terjadi bencana itu, kita sudah siap,” ujarnya.
Fajril Hikmah, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Tulang Bawang Barat, juga menyampaikan kerisauannya karena sampai saat ini kantor perpustakaan di daerahnya masih menempati bangunan yang disewa, sedangkan pengajuan bantuan DAK tahun lalu pun tidak membuahkan hasil.
Oleh karena itu, kali ini Fajril sangat mengharapkan proposal pengajuan bantuan pembangunan gedung perpustakaan untuk periode 2022 dapat dipertimbangkan untuk memperoleh DAK. Diakuinya kali ini, semua dokumen pendukung telah siap, di antaranya bukti kepemilikan lahan atas nama pemerintah daerah dengan lokasi yang strategis.
Kelak gedung tersebut tidak hanya digunakan untuk perpustakaan saja, tetapi juga dapat dimanfaatkan secara maksimal sebagai tempat untuk belajar bersama oleh masyarakat.
Keseriusan pemerintah daerah dalam mengembangkan perpustakaan juga ditunjukkan oleh Kota Depok. Wakil Wali Kota Depok, Imam Budi Hartono, menyampaikan harapannya agar Perpusnas dapat membantu membangun budaya baca dengan pengadaan pojok baca digital di daerahnya.
“Ke depan, kami ingin semua kantor pemerintahan dari tingkat kota sampai kelurahan bisa hadir untuk memudahkan masyarakat mencari referensi dengan membuat perpustakaan, apalagi ditambah dengan pojok baca digital,” urainya.
Syarif Bando menyampaikan bahwa Perpusnas membuka kesempatan bagi daerah untuk mengajukan bantuan DAK dalam rangka pengembangan perpustakaan daerah, dengan menu pilihan pembangunan gedung, renovasi gedung, pengadaan koleksi, TIK, dan perabot.
Lebih lanjut, Syarif meninggalkan pesan agar melebihkan pengadaan anggaran untuk perpustakaan karena perpustakaan wajib hadir untuk melayani semua lapisan masyarakat di mana pun mereka berada. Dalam kesempatan yang sama, Kepala Perpusnas menyerahkan bantuan mobil perpustakaan keliling secara simbolis untuk Kota Depok.
Sumber: perpusnas.go.id